Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 10, 2009

JAM SAJA PUNYA CERITA

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?" "Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan. "Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya. Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selam

MEMILIH SAJA PERLU BELAJAR

Sesuatu yang Baik, BELUM TENTU Benar. Sesuatu yang Benar, BELUM TENTU Baik. Sesuatu yang Bagus, BELUM TENTU Berharga. Sesuatu yang Berharga/Berguna, BELUM TENTU Bagus. PIKIRAN dan MULUT Merupakan Suatu Kombinasi. Semakin Banyak kita Berbicara Tentang DIRI SENDIRI, Semakin Banyak pula Kemungkinan Kita untuk BERBOHONG. Jika kita Tidak Bisa menjadi Orang Pandai, JADILAH ORANG YANG BAIK. LIDAH kita yang Menentukan SIAPA KITA. Jika Kejahatan di balas Kejahatan, maka itu adalah DENDAM. Jika Kebaikan dibalas Kebaikan itu adalah PERKARA BIASA. Jika Kebaikan dibalas Kejahatan, itu adalah ZALIM. Tapi jika Kejahatan dibalas Kebaikan, itu adalah MULIA dan TERPUJI. Sesungguhnya sebagian Perkataan Itu Ada yang Lebih Keras dari Batu, Lebih TAJAM dari Tusukan JARUM, Lebih PAHIT daripada JADAM dan Lebih PANAS daripada BARA. Sesungguhnya HATI adalah LADANG, maka Tanamlah Ia dengan Perkataan yang Baik, karena jika Tidak Tumbuh Semuanya (Perkataan yang Tidak B

MAKNA SEBUAH TITIPAN

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa : Sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Allah bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya, bahwa putraku hanya titipan Nya, Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, Mengapa Dia menitipkan padaku? Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku? dan kalau bukan milikku, Apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya? Ketika diminta kembali, Kusebut itu sebagai musibah Kusebut itu sebagai ujian, Kusebut itu sebagai petaka, Kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita. Ketika aku berdoa, Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, Aku ingin lebih banyak harta, Ingin lebih banyak mobil, Lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, Kutolak kemiskinan, Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku. Seolah keadilan dan k